Pemerintah Kabupaten Kutai Timur lewat DPPKB melangsungkan Rembuk dan Seminar Stunting 2024. Agenda ini terjadi di D’Lounge Hotel Royal Victoria pada bulan Maret lalu.
Rembuk dan Seminar Stunting ini merupakan langkah strategis dalam memformulasikan rancangan kiprah laju pengurangan stunting di wilayah tersebut. Peningkatan komitmen beragam pihak dalam mendukung upaya ini juga menjadi tujuan lain kegiatan tersebut.
Pengurangan Prevalensi Stunting
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Kutai Timur, Kasmidi Bulang, mengutarakan warta baik. Yaitu, besaran keseluruhan stunting di Kutai Timur telah berkurang dari 17.04% saat 2023 menjadi 16.4% saat Februari 2024.
Kasmidi menandaskan krusialnya koreksi mutu statistik stunting buat mengukuhkan rancangan, pengawasan, dan penilaian yang lebih akurat. Data yang akurat sangat krusial dalam mengidentifikasi dan menangani kasus stunting secara tepat.
Fundamental Identifikasi dan Penanganan Dini
Kasmidi juga menandaskan pentingnya peran desa/kelurahan, paramedis, ahli nutrisi puskesmas, dan TPK. Institusi-institusi tertera memiliki kedudukan penting dalam mengidentifikasi dan menangani bayi dan balita yang memiliki potensi mengalami stunting.
Ini termasuk mereka yang memiliki bobot stagnan, gizi buruk, atau kurang. Para camat pun diinstruksikan buat menyediakan dan mendistribusikan anggaran desa guna menunjang program pengurangan stunting lewat lima layanan pokok, yaitu:
- 1. Fasilitas Kesehatan Ibu dan Anak
- 2. Penyuluhan Nutrisi Teratur
- 3. Perawatan Sosial
- 4. Sanitasi dan Air Bersih
- 5. Pendidikan Anak Usia Dini
Kooperasi dan Tanggung Jawab Bersama
Plt Kepala DPPKB Kutai Timur, Ronny Bonar Hamonangan, menerangkan bahwa Rembuk dan Seminar Stunting 2024 ini bermaksud untuk menaikkan tanggung jawab kabupaten, kecamatan, dan kolaborator dalam menunjang pengurangan stunting.
Acara ini didatangi oleh 80 peserta yang terdiri dari beragam OPD, perguruan tinggi, TP-PKK, dan lainnya. Pembukaan oleh Wakil Bupati Kasmidi Bulang menandai pentingnya kooperasi rute area dalam menghadapi tantangan stunting.
Ronny menambahkan bahwa runding ini memiliki beberapa tujuan lain. Misalnya, untuk menjabarkan data interferensi, merencanakan aksi prioritas, serta mengoptimalkan kolaborasi dengan OPD dan kolaborator pengembangan. Langkah ini dinantikan sanggup memperlaju upaya pengurangan stunting di Kutai Timur.
Strategi Intervensi Gizi
Kepala BKKBN Kaltim, Sunarto, membeberkan bahwa interferensi pemerintah dalam penindakan stunting terpisah menjadi dua, yaitu Interferensi Gizi Partikular dan Sensitif. Interferensi Gizi Partikular melibatkan upaya langsung terkait asupan gizi, sementara Interferensi Gizi Sensitif mencakup faktor-faktor yang mendukung kebugaran secara umum, seperti kesehatan dan kebersihan air.
BKKBN fokus pada pengukuhan keluarga lewat Promosi dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) selama seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK), fase serius dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Peran Keluarga dalam Pencegahan Stunting
Sunarto menegaskan krusialnya keluarga sebagai satuan paling kecil negara dalam mencapai kesejahteraan nasional. Ia juga berharap kognisi akan pentingnya nutrisi seimbang dan eksitasi tumbuh kembang anak dapat meningkat melalui pengukuhan keluarga.
Keluarga yang terinformasi dan berdaya akan lebih mampu memberikan nutrisi yang baik dan memantau tumbuh kembang anak secara ideal.
Kesimpulan
Melalui Rembuk Stunting dan Seminar Stunting 2024, Pemkab Kutim menunjukkan keseriusan dalam menangani tantangan stunting. Tercapainya pengurangan besaran keseluruhan stunting menunjukkan langkah positif, namun inisiatif ini harus terus meningkat.
Dengan kooperasi yang erat antara pemerintah, OPD, desa, keluarga, dan berbagai mitra lainnya, harapan penurunan stunting di Kutai Timur dapat semakin signifikan di masa depan. Program runding dan seminar ini tidak hanya menjadi panggung untuk merumuskan strategi, tetapi juga sebagai peluang untuk memperkuat komitmen bersama dalam menciptakan generasi yang lebih bugar dan cerdas.